Rabu, 07 April 2010

Genderuwo

a

cara malam minggu di kampungku biasanya di warnai dengan acara bakar-bakar ayam atau singkong oleh pemudanya. Acara ini sudah rutin sejak dulu kala. Sekalian jaga kampung.

Suatu hari seorang pemuda pulang dari acara yang selalu diadakan dekat rumah mbah Parni. Karena tidak pernah bertemu yang serem-serem, santai aja ia melenggang pulang ke rumahnya sampai ia tiba-tiba berdiri terpaku memandang makhluk tinggi besar di depannya.

Meski makhluk itu tidak mengganggu, tapi yang dilakukan pemuda itu adalah lari sekencang-kencangnya. Besoknya dia cerita kepada teman-temannya, tapi mereka tidak ada yang percaya begitu saja.

Lama kelamaan kejadian ini tersebar kemana-mana. Banyak yang tidak percaya karena daerah ini termasuk bukan daerah angker sejak dulu kala.

Akhirnya, kebenaran cerita pemuda ini terbukti. Malam jum’at ada seorang yang melihat makhluk itu di lokasi yang sama dengan cerita pemuda itu pun hanya nampak sebentar tanpa mengganggu.

Karena tambah banyak korban, diadakan penelusuran. Namun, tetap saja tidak membuahkan apa-apa. Makhluk itu tetap tidak menampakkan dirinya. Pencarian sampai berhari-hari.

Namanya makhluk gaib, munculnya tidak bisa dipastikan. Malam berikutnya, terdengar ayam berkeok-keok. Pemilik ayam segera ke kandangnya, namun apa yang dilihat sungguh mengerikan. Si Genderuwo sedang makan ayamnya.

Si pemilik ayam segera berteriak maling begitu dia juga sempat melihat makhluk itu sedang menggendong ayam jagonya. Warga yang berjaga segera mencari disekitar rumah pemilik ayam, tapi makhluk itu sudah tidak kelihatan.

Besoknya, si genderuwo kepergok sedang membuka sangkar burung milik warga. Si penjaga malam langsung beteriak,”genderuwo…genderuwo…” Tapi tetap saja tak tertangkap.

Beberapa kali gagal, maka dipanggillah Pak Kyai. Pak Kyai mendeteksi tempat dari pohon besar sampai sumur tua. Dan hasilnya, si genderuwo tinggal di sumur milik Mbah Parni.

Diadakanlah ritual pemagaran makhluk gaib itu. Dan kata Pak Kyai ini sudah selesai dan genderuwo tidak akan mengganggu lagi.

Kata Pak Kyai, ini akibat sering diadakannya acara bakar-bakar makanan. Di dekat sumur tua itu. Dan si genderuwo tidak pernah diajak serta. Kami semua tertawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar