Rabu, 07 April 2010

Guru Tariku

Hobiku adalah menari. Aku ikut kursus tari secara privat pada Mbak Miranti di rumahnya. Mbak Miranti ini orangnya sabar banget. Hari ini merupakan hari pertamaku untuk latihan lagi, maklum aku habis berlibur bersama keluarga. Begitu sampai di rumah Mbak Miranti rumahnya terlihat lengang.
Kubunyikan bel rumah, ternyata Mbak Miranti sendiri yang membukakan pintu. Kami pun saling menanyakan kabar. Setelah puas melepas kangen, kami pun latihan. Rumah Mbak Miranti tetap sepi.
Sampai aku pulang, rumah Mbak Miranti tetap sepi tidak ada yang lain. Waktu aku sampai di pintu pagar rumahnya, Mbak Miranti mengatakan, “Ambar, Mbak Miranti hanya punya waktu tiga hari mengajarmu, karena Mbak Miranti akan pergi jauh.
Dalam perjalanan pulang, aku memikirkan ucapan Mbak Miranti. “mau pergi ke mana Mbak ranti, kok kayaknya aneh sih. Ah besok aja akan kutanya lebih jelas.” Hari ini aku latihan lebih serius karena acara perpisahan sekolah tinggal beberapa hari lagi, apalagi waktu latihan bersama mbak Ranti tinggal besok. Setelah latihan kami mengobrol sambil Mbak Ranti menjelaskan perkembangan gerakan yang katanya kian luwes.
Teringat akan kegusaranku, aku bertanya, “Mbak Ranti mau pergi kemana sih kok katanya lama.” Mbak Ranti sambil berdiri membelakangiku menjawab, “mbak akan pergi jauh sekali dan entah kapan kembali. Tapi Mbak janji akan tetap membantumu, asal kau bersungguh-sungguh dalam soal tari.
Hari terakhir latihanku ini aku melihat Mbak Ranti sangat cantik sekali dengan pakaian warna merah dipadu selendang kesayangannya warnamerah muda. Latihan kali ini aku sudah mahir tanpa ada kesalahan sedikit pun.
Mbak ranti memujiku. Waktu mau pulang, Mbak Ranti mengsampirkan selendangnya ke leherku sambil berkata, “Ambar, pakailah selendang ini sebagai kenang-kenangan, Mbak Ranti tetap akan membantumu dari jauh. “kulihat raut kesedihan di wajahnya.
Entah apa yang mendorongku untuk ke rumah Mbak Ranti. Sampai dirumah Mbak ranti kulihat ibunya sedang turun dari mobil dengan menangis. Aku bertanya, “Mbak Ranti mana, Bu?”. “Nak Ambar, Mbak Ranti sudah meninggal tujuh hari yang lalu dan dimakamkan di desa neneknya.
“Meninggal?” aku kaget setengah mati. Lalu yang kemarin mengajariku siapa? Apakah itu merupakan pamitan terakhir Mbak Ranti? Aku berjanji dalam hati sambil memeluk selendang merah muda untuk serius mendalami dunia tari. Selamat jalan Mbak Ranti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar