Peristiwa ini terjadi pada waktu aku masih kelas enam sekolah dasar. Pada waktu
itu bulan puasa. Menunggu buka puasa aku dan teman-teman bermain petasan. Kami membeli
petasan seribu rupiah dapat satu bungkus yang berisi sepuluh buah petasan. Kami bermain
petasan di lapangan agar orang lain tidak terganggu. Walaupun petasan ini kecil tapi
bunyinya lumayan keras dan nyaring.
Setelah sampai di lapangan kami langsung mengeluarkan petasan itu dan menyalakan
satu persatu. Aku melihat ada botol lalu aku ambil, aku menyalakan petasan dan aku
masukkan ke dalam botol tersebut. Aku sembunyi agar tidak kena ledakan petasan itu, aku
menunggu lalu petasan itu meledak dan botol itu pecah karena ledakan yang di akibatkan
oleh petasan. Sewaktu aku melihat pecahan botol itu, aku tidak sadar bahwa di dekatku
ada petasan yang meledak, aku kaget dan aku menyalakan petasan lalu ku lempar ke arah
temanku, petasanku itu meledak tepat di kupingnya.
Aku mengambil botol lagi lalu aku menyalakan petasan dan aku masukkan ke dalam
botol, aku berlari menjauhi botol itu kemudian petasan itu meledak tapi botol itu tidak
pecah. Aku dan temanku melihat botol itu, kami tidak sadar temanku memasukkan petasan
ke dalam botol tersebut dan akhirnya meledak tepat di samping kami, dan kuping kami
berdenging dan apa yang terjadi dengan botol itu?, ternyata eh ternyata botol itu pecah
tapi akibatnya kuping kami berdenging cukup lama sekali. Setelah petasan kami habis, kami
semua pergi ke sungai untuk mandi. Kami semua melepas baju dan hanya menggunakan celana
dalam saja.
Temanku yang bernama Rizki mencari tempat yang tinggi dan terjun ke dalam sungai
tapi apa yang terjadi dengan dia? lama sekali tidak muncul ke permukaan, kami semua
khawatir kenapa dia belum juga terlihat ke permukaan. Aku lalu melihat ke kiri dan
ternyata Rizki telah hanyut terbawa arus sungai yang deras tapi yang lebih mengkhawatirkan
lagi yaitu dia tidak dapat berenang. Aku dan temanku yang lain berlari di tepi sungai
mengejar Rizki. Rizki terbawa arus sampai di bawah jembatan, jarak antara jembatan dengan
tempat Rizki hanyut kira-kira 20 meter.
Tapi tidak lama setelah itu dia sudah jauh dari jembatan lalu aku pun terjun
ke sungai dan berenang mengejar dia, tapi arus terlalu deras dan aku tidak bisa meraih dia
dan hal yang buruk pun terjadi aku yang mau menolong ternyata juga ikut hanyut di sungai.
Di tepi sungai masih ada temanku yang setia untuk berlari mengejar aku dan Rizki. Dengan
panik Andri mengambil bambu yang panjang untuk dibuat pegangan untuk kami berdua. Bambu
tadi tepat di depan Rizki dan dia meraih bambu tersebut tapi aku terlalu jauh dari bambu
itu. Aku masih terbawa arus sungai yang deras.
Rizki berhasil di bawa ke tepian sungai, tapi tubuhnya sangat lemas sekali.
Ternyata Rizki dengan tubuh lemas ikut Andri untuk mengejar aku. Berjam-jam berlalu dan
sudah terdengar adzan dhuhur yang sudah berkumandang terdengar nyaring sekali karena aku
berada di dekat masjid. Andri, Rizki dan temanku yang lain tak terlihat lagi aku heran
kemana perginya mereka, dari kejauhan aku melihat mereka semua memasuki masjid. Aku
berpikir bisa-bisanya dalam keadaan seperti ini mereka masih ingat dengan Tuhan Pencipta
Alam Semesta ini. Dengan keheranan aku melihat keatas ada batang kayu yang menjulur ke
sungai.
Dengan reflek aku angkat tangan dan ternyata aku dapat memegang batang kayu tadi.
Tiba-tiba aku melihat temanku berlari menghampiriku. Dengan senang aku berkata kepada
mereka,"Darimana saja kalian, aku sudah lama menunggu disini, sampai-sampai tanganku jadi
merah. "Kami melihat masjid dan kami masuk untuk sholat dulu mumpung bulan puasa agar
dapat pahala" jawab mereka. " O dasar kalian" sahutku lagi. "Ya sudah kalau gitu jangan
banyak omong, kita tolong Adnan" kata Rizki memberitahu teman-teman.
Andri dengan rasa khawatir memanjat batang pohon yang menjulur ke sungai.
"Kretek, Byur" suara yang terdengar ketika batang pohon tersebut patah kami berdua
tercebur lagi ke dalam sungai. Dengan perasaan tanpa dosa teman-teman malah tertawa
terbahak-bahak melihat kami tercebur ke dalam sungai bersama dengan batang pohon tadi.
Untung ada batang pohon jadi dapat kami gunakan sebagai pelampung.
Tidak beberapa jauh kedalaman sungai mulai agak terlihat dangkal. Pino yang
berbadan gemuk berdiri di tengah sungai yang dangkal tadi dan menahan kami berdua
Andri dan aku berdiri berjalan ke tepi sungai. Pino berjalan di belakang kami. Beberapa
saat kami semua mengadakan kesepakatan untuk pulang menuju rumah dan untuk tidak mandi
di sungai untuk beberapa waktu. Kami hanyut jauh sekali. Sampai-sampai kami lupa jalan
pulang ke rumah. Aku berpikir dan mendapatkan ide "Kita berjalan mengikuti sungai" kataku
mereka semua setuju dengan ide yang aku berikan.
Tidak beberapa lama kami melihat masjid, kami semua berhenti di masjid tersebut
untuk sholat dan sebagainya karena waktu telah menunjukkan waktu sholat ashar. Aku
membersihkan diri di kamar mandi milik masjid ini. Kami melanjutkan kembali perjalanan
kami. Beberapa saat kemudian kami mengenali daerah yang kami datangi, ternyata sudah
sampai di kampung kami sendiri. Tanpa di komando kami berlari dan pulang ke rumah
masing-masing. Sampai di rumah ibu bertanya,"Kenapa badan kamu basah kuyup?" lalu aku
menjawab,"Aku tadi hanyut di sungai karena menolong teman yang hanyut". "Ya sudah kalau
begitu" sahut ibu aku "Cepat mandi sana nanti masuk angin" tambah ibu. Ibu membuatkan aku
susu hangat untuk menghangatkan tubuhku yang kedinginan.
Tiba-tiba terdengar suara adzan maghrib yang bertanda bahwa buka sudah datang,
aku makan dengan lahap. Aku pamit untuk pergi sholat tarawih. Di perjalanan aku bertemu
temanku. Di perjalanan kami bercerita tentang apa yang terjadi tadi. Pulang tarawih aku
kecapaian dan tidur dengan pulas. Sebelum mata terpejam aku tertawa mengingat kejadian
yang sudah berlalu. Pelajaran yang didapat atas kejadian ini yaitu hati-hati kalau
berenang di sungai, disarankan jangan mandi di sungai salah-salah berakibat fatal.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar